Ringkasan
kelas kunjungan dari para Scientis
Ditulis
oleh MARCEL TOMIKRIS - 00000010811
Kelas kunjungan dimulai, beberapa kursi masih terlihat
kosong. Waktu demi waktu, untuk mempersingkatnya, pak Aditya Heru yang
kebetulan menjadi host pada kesempatan tersebut memulai saja diskusi agar tidak
memakan waktu yang banyak ditambanh lagi terdapat beberapa anak yang harus
mengikuti kelas regular. Kelas masih belum terisi penuh saat diskusi dimulai,
namun seiring dengan berjalannya waktu ruangan LH yang tadinya hanya terisi
seperempat saja menjadi penuh seketika tanpa menyisakan celah pada setiap
barisnya.
Yang menjadi perhatian saya adalah terdapat dua kelas
dalam kelas pengganti ini, kelas kunjungan ini diikuti pula oleh satu lagi guru
sains di UMN yang mengajar sains jurnalistik pada saat itu. Sepintas tidak
teramat bahwa beliau adalah dosen UMN pula, sampai akhir acara ia mengucapkan terima
kasih kepada para narasumber kita di hari tersebut abrulah saya menyadari bahwa
terdapat satu dosen lagi di bawah sana yang menjadi pengamat diskusi kami pada
hari itu.
Diskusi terlihat menyenangkan dimulai dengan keterangan dari prof. Thomas mengenai organisasi LAPAN miliknya, dia memaparkan apa itu LAPAN yang sifatnya sama dengan NASA, ungkapnya. Menurutnya LAPAN memiliki empat kompetensi diantaranya sains antariksa dan sains mengenai atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, penginderaan jauh dan ada satu poin lagi menurutnya.
Bagaimana sebuah LAPAN terbentuk konon katanya pada tahun
2000 mereka para anggota LAPAN dikirim ke GERMAN untuk belajar. Dari sana
mulailah diberdirikan komunitas bernama LAPAN tersebut. Dari sana mereka
menghasilkan karya yang luar biasa, mereka berkata bahwa awal karirnya adalah
terbentuknya sebuah satelit baru bagi INDONESIA yang diberi nama LAPANA1.
Dengan bantuan ilmu yang didapatkan ilmu tersebut kemudian dibawa pulang ke
INDONESIA dan dibagikan bagi para pencinta teknologi dan sains.
Nampakanya tidak cukup disana, LAPAN kembali
mengembangkan inovasi dari sebuah satelit dasar ucapnya. Satelit tersebut
akhirnya menjadi satelit kedua yang diberi nama LAPANa2. Entah beberapa kendala terjadi satelit
tersebut telah siap pada tahun 2012 namun baru bisa diluncurkan pada akhir
2015. Tetap tidak mau kalah LAPAN menciptakan satelit ketiganya LAPANa3 yang
katanya bisa menerima pesan hingga dua koma sembilan juta pesan dalam waktu
yang sama.
Lepas dari sekedar sebuah satelit, LAPAN tidak berhenti
berinovasi. LAPAN menciptakan pesawat pada 16 Agustus 2017. Membuat sebuah
roket yang akhirnya digunakan dalam pertahanan di INDONESIA. Menjejakkan ke
langkah yang lebih luas bahkan LAPAN membuat alat untuk pemantauan padi. Serta
aplikasi SADEWA yang merupakan aplikasi perkiraan cuaca. Puncaknya diceritakan
bahwa LAPAN menciptakan SANTANU berupa sebuah radar yang nantinya bila
digunakan dalam skala yang besar mampu mengehemat pengeluaran negara yang
diklaim sebesar lima puluh persen dari pengeluaran yang semestinya. Dan
diharapkan pada 2020 alat tersebut akan siap digunakan.
Nampaknya tidak ingin kalah. Vanny Narita ingin membicarakan siapa dirinya, dia menganggap dirinya bukan apa-apa. Menjadi seorang pengamat sains dimulai dengan mengamati sebuah lalat buah. Dan jamur pada sebuah roti. Dengan jejak penelitian terakhir pada antibiotic resistance yang ada di lingkungan.
Dalam beberapa tahun beliau mengaku berhasil membuat
paten baru jenis penyakit hepatitis B yang digunakan oleh BIOMFARMA dan DENGGI
yang akhirnya paten tersebut dugunakan oleh KIMIA FARMA dan NTT.
Dia memutuskan dirinya menjadi seorang peneliti
independent dan tertarik pada antibiotic resistance karena dia menganggap
banyak dari antibiotik tersebut tidak ada gunanya lagi digunakan pada masa
kini. Dikatakan bahwa antibiotik tidak dapat lagi mengalahkan penyakit yang dia
sebut dengan SUPER BOMB. Beberapa kali penelitiannya menyatakan adanya polusi
yang terjadi pada antibiotik teresebut, dan berusaha mencari cara agar pemerintahan
mengetahui hal tersebut sekiranya berkehendak untuk memproses lebih lanjut.
Hal tersebut adalah hal yang cukup ironis, dimana negara
asing yang disebutkan yaitu AMERIKA malah membiayai penelitiannya tersebut
bukannya mendapatkan dukungan dari negara sendiri. Bergabung dalam Global Young
Academis yang konon katnaya dipilih dengan sangat selektif. Organisasi tersebut
nantinya akan memberikan masukan kepada PBB dan UNESCO. Pengalaman besar
lainnya adalah memberikan masukan pada pemerintah mengenai sains dan teknologi.
Dan sempat membuat sebuah buku bernama APAKAH INDONESIA ITU? Ditutup dengan
quotes yang katanya menjadi pegangannya yaitu “you don’t really understand
something unless you can explain it to your grandmother”.
Disukusi diteruskan dengan amat seru, beberapa pertanyaan
berbobot disampaikan antar lain
1.
Mengapa distribusi sangat lamban yang
ditunjukan pada LAPAN
2.
Siapa yang dapat dipercaya dokter atau
Scientis?
3.
Kedepannya antibiotik jika tidak mempan
apakan tubuh akan resistance?
4.
Apakah area berhubungan dengan alien
benar-benar ada?
5.
Apakah benar mengenai harga sebuah obat?
6.
Mengapa INDONESIA tidak memiliki astronot
Dan
ditutup dengan pertanyaan salah satu dosen SAINS UMN, mengenai tanggapan mereka
para SCIENTIS mengenai Jurnalis dalam menulis sebuah berita sains yang
disampaikan kepada public.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar